Jakarta - Setelah lolos dalam dua kali pertandingan semifinal melawan Filipina, nanti malam akan ditantang Malaysia dalam pertandingan final leg pertama. Pada 29 Desember 2010 kembali berhadapan dengan Malaysia di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta.Publik mengakui, tidak diragukan lagi bahwa salah satu kekuatan pendorong tersembunyi di balik pertarungan final Piala AFF 2010, Indonesia melawan Malaysia, adalah semacam nasionalisme yang menyala-nyala.
Walaupun Stadion Gelora Bung Karno yang sudah terbilang tua karena dibangun di era Presiden Soekarno pada 1965, hanya mampu menampung 80 ribu penonton. Dan masyarakat Indonesia yang haus akan prestasi timnas tentu merasa bangga dan terpanggil saat timnas Indonesia lolos ke babak semi final Piala AFF kali ini. Apalagi, timnas selalu mengalahkan siapapun negara yang dilawannya dengan skor telak.
Dukungan masyarakat yang nyaris histeris belum pernah terjadi. Pemberitaan media massa cetak dan elektronik juga membahana, sehingga tidak ada hari tanpa berita soal timnas. Benar-benar mengejutkan, dari yang tadinya disepelekan kini disanjung setinggi langit. Penampilan para pemain di babak penyisihan sampai semifinal telah membius masyarakat.
Setiap latihan ditonton ratusan orang dari balik pagar lapangan. Banyak orang membicarakannya, baik di kantor, warung kopi sampai pasar. Bahkan santri pondok pesantren pun ikut memberikan dukungan dan doa.
Dukungan makin mengental karena yang akan dihadapi adalah Malaysia yang selama ini meremehkan Indonesia bahkan cenderung menjadikan sebagai musuh. Kemenangan akan mengangkat harga diri bangsa.
Meski belum memenangkan pertandingan final, kemenangan tim garuda dengan gol-gol spektakuler dalam pertandingan sebelumnya telah menjadi penyegar dahaga. Kemenangan itu ibarat oase atau sumber air di padang pasir yang kering. Ada sesuatu yang tiba-tiba bisa dibanggakan, di tengah coreng morengnya sistem berbangsa kita.
Lihat saja, selama ini nyaris tidak ada yang pantas ditonjolkan. Pemerintahan tidak memberikan harapan masa depan pada rakyat, politik amburadul, penegakan hukum loyo, mafia hukum berdiri tegak, kasus Bank Century mandek, pelacakan mafia pajak buntu, korupsi merajalela, ekonomi terpuruk, harga-harga melambung.
Prestasi olah raga juga merosot, tindakan wakil rakyat di DPR mengecewakan, tawuran dan demo membuat rakyat frustrasi, pemimpin tidak tegas. Ditambah lagi bencana alam terjadi di mana-mana sehingga menimbulkan pesimisme yang laten.
Di tengah situasi seperti itu ada keajaiban. Sepak bola yang kalah melulu mendadak menang spektakuler. Tak heran timnas dielu-elukan bagai pahlawan. Orang yang tadinya tidak suka bola atau sinis karena perilaku pengurus PSSI yang menyebalkan, berubah jadi pecandu bola.
Piala AFF yang tidak banyak menyedot perhatian pun, melambung namanya. Rakyat tidak ingin tahu mengapa tim kita unggul. Yang penting menang dan bisa memberikan secercah harapan di tengah keputusasaan. Apalagi kalau di final menang.